"Takdir Cinta Captain"
*****
Nagita POV.
Dimana Raffi? Sejak tadii pagi dia belum kembalii lagi ke kamar. apa kalian tanya aku Khawatir? Ya aku sangat mengkhawatirkan Suami ku itu. Aku takut kalau dia belum makan ini sudah hampir jam 5 sore tapii dia belum juga kembali.
Aku berdiri di balkon kamar apartement kami sesekali aku melihat kebawah kalau kalau Raffi kembali. Tapi aku tidka juga melihatnya. Sebenarnya dia kemana?? Aku harus menghubungi siapa? Chiko? Apa u harus menghubunginya? Siapa tau saja Raffi sedang bersamanya.
"Hallo Chiko ,,eemm "
"......."
"Oh syukurlah jika dia bersama mu, tolong bilangin ke dia jangan pulang larut malam dan jangan lupa Makan , tolong jaga dia Chiko"
"......"
"Terima kasiih"
Aku bisa bernafas lega saat ini , setidak nya aku bisa tau kalau Raffi bersama Chiko dan dia baik baik saja. Rasa menyesal karena telah menuduhnya menghamili Tiara terus menghantui ku. Aku hanya shock denger Tiara hamil. Aku hanya akan menunggu Raffi bicara semuanya dan Tiara juga bicara kalai bukan Raffi yang menghamilinya.
'Ceraikan aku'
Bodoh sekali kau Gi! Kenapa aku harus mengatakan kalimat yang sebenernya aku sendirii tidak menginginkannya? Kenapa aku harus mengatakannya? Aku telah melukai suamiku, aku telah menyakitinya. Aku istri durhaka. Raffi maafkan aku
Aku menangis, aku merutuki setiap kebodohanku yang ku lakukan kepada suamiku. Kenapa aku harus seemosi tadi , kenapa aku harus egois tanpa mau mendengar penjelasanny? Tuhan jika Raffi adalah takdirku jangan biarkan dia pergi dari hatiku dan juga hidupku. Aku mohon. Aku mencintainya.
( Jangan pulang malam malam , aku akan memasakkan makan malam untuk Kita, aku tunggu kamu pulang
)
Setelah menimbang nimbang , kubaca sekali lagi pesan yang ku ketik daa langsung menekan tombol send dan aku telah mengirimkan pesan itu pada Raffi.
Aku langsung menuju ke dapur aku liat di dapur hanya ada beberapa bahan makanan , dan sepertinya aku tau harus memasak apa. Nasi goreng sosis? Walau bagaimana pun aku dan Raffi tetap harus makan nasi walaupun itu dinegeri orang.
30 menit berlalu aku berkutat dalam Dapur dan akhirnya Nasi Goreng Sosis ku sudah jadi. Aku tersenyum puas menatap nasi goreng sosisku di piring aku meletakkannya di meja dengan satu gelas susu putih. Aku harap Raffi akan segera pulang!
Aku duduk di sofa sambil menonton Tv ya walaupun fikiranku tdk tertuju pada acara apa yang sedang ditayangkan , sesekali aku menatap Telephon dan juga pintu apartement kalau kalau Raffi pulang aku akan langsung menyambutnya.
20.30 jam di handphone ku. Aku mulai gelisah kemana Raffi? Aku menatap nasi goreng dan juga susu diatas meja , kurasa itu sudah dingin. air mataku luruh seketika tanpa harus aku komando. Sefatal itukah ucapanku padanya?
Aku terusik saat aku merasakan tubuhku melayang, aku mulai mengerjap kan mataku dan Rahang kokoh suamiku pemandangan pertama kali yang aku lihat. Aku ternyata ketiduran di sofa? Raffi membaringkan ku di kasur , ia tak menatapku, aku menangkup wajahnya agar melihat kearahku. Air mataku kembalii jatuh membasaki pipiku.
"Maafkan aku" ktaku lirih , Raffi menghembuskan nafas pelan , mencium keningku dan melepas tangkupan ku di rahang kokohnya
"Tidurlah sudah malam" ucapnya dingin. Raffi ku berubah dia sudah kembali ke Raffi yang dulu malam ini. Aku tidak bisa di giniin kurasa Raffi membaringkan tubuhnya di sampingku. Aku menatap wajahnya dia sudah memejamkan matanya. Ingin sekali aku membelai wajahnya. tapi itu hanya keinginan ku. Aku mengalihkan pandangan ku dan ku lihat Nasi gorengnya masih ada dan belum tersentuh sedikitpun. Aku bangkit dan mengambilnya.
"Ffi makan dulu, aku udah buatin kamu makanan tapi aku rasa ini sudah dingin tidak papa ya , atau mau aku buatkan yang baru?" Aku mengusap punggungnya yang memang posisi tidurnya tengkurap. Dia tidak bergeming aku menghela nafasku
"Kalau kamu tidak makan biarkan aku yang memakannya, aku hanya tidak mau melihat makanan buatanku tidak tersentuh sama sekali , setidaknya aku menghargai buatanku sendiri" ucapku memakan nasi gorengnya. Aku terus memakannya walaupun air mataku terus berjatuhan.
"Terima kasih" Raffi mengambil piring dari tanganku dan memakannya dengan cepat. Aku menatapnya tak percaya, ya walaupun dia saat ini begitu dingin pada ku tapi setidaknya dia telah menghargai usahaku.
"Terima kasih" kata Raffi saat sudah menghabiskan nasi goreng sosis nya dan memberikan piringnya padaku. Dan dia pun langsung tidur kembali tanpa menatap ku dahulu.
"Sama sama" jawabku lirih , aku menatapnya sekejap dan segera berlalu ke dapur untuk membersihkan piring kotornya dan kembali lagi ke kamar.
Aku membaringkan badanku di samping nya, aku menghadap ke arahnya yang memunggungiku aku menghela nafas sejenak lalu memeluknya , dia tetap tidak bergeming aku tak tau dia sudah tidur apa belum aku mempererat pelukanku padanya.
"Maaf kan aku, aku sangat mencintaimu" ucapku lirih mencium punggungnya dan membenamkan wajahku di punggungnya.
*****
Raffi POV.
Aku tidak marah dengan Istriku aku hanya kecewa , kalau aku tidak diperbolehkan untuk kecewa biarkan aku memberi pelajaran untuknya boleh? Aku hanya tidak mau dia salah paham dan kenapa dia dengan gampangnya meminta aku untuk menceraikannya? Aku tidak akan pernah mengabulkannya.
Kalau aku harus berjuang sendiri , aku rela tidak papa jika Gigi tidak mau memperjuangkan nya aku yang akan berjuang sendiri , sepertinya aku harus memberi dia pelajaran sedikit saja , aku hanya ingin dia tau kalau dia salah paham dan aku akan menjelaskan padanya.
Melihat dia menangis sambil memakan nasi goreng yang ia buatkan padaku , aku menjadi tidka tega aku pun langsung merebut nya dari nya aku memakannya tanpa suara . Setidaknya aku menghargai nya membuatkan makanan untuk ku.
'Maafkan aku, aku sangat mencintaimu" katanya lirih dan kurasakan dia memeluk dan mencium punggung ku aku membuka mata tapi tetap tidak bergerak aku hanya tidka mau kalau dia mengira aku belum tidur.
Setelah kurasakan dia sudah terlelap dalam tidurnya aku menbakikkn badanku dan menemukan wajahnya yang sangat amat pucat, apa dia tidak makan? matanya Bengkak hidungnya merah dia menangis seharian.
Aku membelai wajahnya menyelipkan anak anak rambut yang menutupi wajah ayu nya ke belakanh telinga. Lalu aku memeluknya tanpa mau membuat dia terusik dalam tidurnya.
"Aku sangt bahkan amat sangat mencintaimu, aku hanya mau kamu tidak akan bertindak dan mengucapkan hal bodoh yang jelas jelas aku tidak akan pernah mengabulkan nya untukmu sayang, aku harap kamu mengerti itu sayang. Aku tidka marah padamu aku hanya kecewa dan memberimu sedikit pelajaran itu saja... ilove you, have a nice dream, I will always love you" aku mencium kening nya dan mencium pucuk kepalanya lembut.
****
Sudah hampir 2 minggu kami disini aku masih dalam perang dingin dengan istriku , ya walaupun setiap hati dia selalu mengucapkan kata maaf maaf dan maaf . Aku hanya menanggapinya dengan 'Ya' ... kami tidak pernah jalan jalan berdua lagii aku sering menghabiskan waktuku dikantor milik Om Rizal sekedar membantunya dan juga sekali menghabiskan waktu bersama Chiko. Sedangkan gigi aku meminta kekasih Chiko, Jane untuk menemani gigi jalan jalan , shoping atau aku mengantarkan Gigi Ke rumah Tante Tina untuk membantu tante tina dirumah.
Sudah cukup aku mendiami dan bersikap dingin dengan Istriku. aku tidak mau dia sakit dan 2 hari sebelum aku benar benar meninggalkan hawaii aku kan menjelaskannya semuanya padanya.
"Gi" panggilku membuat Gigi menoleh kearahku. Saat ini aku sedang bersandar pada kepala ranjang dengan memangku Laptopku dnn mengecek kembalii jadwal flight ku Minggu depan.
"besok Aku akan mengajakmu jalan jalan , sebelum kita pulang ke jakarta.. tidak ada tapi tapian dan aku mau kamu besok harus SIAP" aku menekan kata katta SIAP padanya.
"Ya" ucapnya lirih aku tersenyum tipis melihat istriku seperti itu. Ingin rasanya aku mencubit pipinya , menciumnya dan merengkuhnya ke dalam pelukanku. Tahan Raffi belum saatnya.
"Tidurlah sudah malam" ucapku , Gigi pun pasrah dan langsung berjalan kearah ku dan berbaring di sampingku memunggungiku.
*****
Next dong....!!!!
BalasHapus